Memenuhi Undangan #MengulasMaharani
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pengarang, Kak Azhar Nurun Ala yang telah berhasil menyulap hidup saya. Yaa.. semenjak saya membaca novel karya beliau, ada semacam suntikan motivasi yang membuat saya harus bergeser meninggalkan zona nyaman. Setelah khatam membaca novel MUM semangat saya jadi menggebu-gebu dalam menyelesaikan semester atas di bangku perkuliahan. Walaupun saya masih dalam tahap awal yakni mengajukan judul skripsi. Pengarang telah sukses menyihir saya dengan halus melalui tulisannya yang menyentuh. Saya tipe orang yang mudah terpengaruh oleh tulisan. Membaca buku motivasi merupakan nutrisi wajib bagi batin saya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pengarang, Kak Azhar Nurun Ala yang telah berhasil menyulap hidup saya. Yaa.. semenjak saya membaca novel karya beliau, ada semacam suntikan motivasi yang membuat saya harus bergeser meninggalkan zona nyaman. Setelah khatam membaca novel MUM semangat saya jadi menggebu-gebu dalam menyelesaikan semester atas di bangku perkuliahan. Walaupun saya masih dalam tahap awal yakni mengajukan judul skripsi. Pengarang telah sukses menyihir saya dengan halus melalui tulisannya yang menyentuh. Saya tipe orang yang mudah terpengaruh oleh tulisan. Membaca buku motivasi merupakan nutrisi wajib bagi batin saya.
#MaharUntukMaharani
telah mampu menularkan nilai-nilai kebaikan pada diri saya. Seperti perjuangan
Salman dalam menggapai status sarjana dan kemauannya berwirausaha sebagai petani dan Ajran dengan gigihnya memperjuangkan
cita-citanya menjadi petani sukses. Bagaimana cerita itu bermula? Beginilah awal cerita ketika saya
memutuskan untuk memesan novel karya Kak Azhar. Akhir November 2017 ada
postingan kak Azhar lewat diberanda instagram saya. Cukup lama saya perhatikan
postingan yang membius mata tersebut. Setelah membaca captionnya ternyata
adalah novel terbaru karya beliau. Melihat covernya yang seperti hidup, tentu menambah
rasa penasaran saya dengan isinya. #MaharUntukMaharani judulnya.
Saking
penasarannya, saya putuskan untuk menyisihkan uang jajan agar dapat membeli
novel yang baru di rilis tersebut. Jujur, baru satu itu novel yang saya order
diantara semua karya beliau. Pada waktu itu, Novel #MaharUntukMaharani tidak
ada yang ready. Baru buka pre-order mulai tanggal 5-15 Desember 2017
yang di order dengan sistem online. Saya baru bisa pesan tanggal 15 dan tanggal
16 transfer uangnya. Selang 10 hari kemudian, tanggal 26 Desember paket saya datang.
Setelah menerima paket tersebut, saya langsung membukanya dan tidak sabar ingin
melahap paragraf demi paragfrafnya.
Di
awal membuka halaman saya tidak menemukan
daftar isi dari novel tersebut. Penasaran saya semakin tinggi. Apalagi setelah
membaca halaman 7 yang mengisahkan sang tokoh utama, Salman dengan perasaan
bingung mencarikan mahar yang cocok untuk sosok perempuan yang bernama
Maharani.
Saya
sempat terhenti pada halaman tersebut. Menerka-nerka siapa betul sosok
Maharani yang begitu disanjung dan diagung-agungkan oleh Salman? sampai- sampai
dia harus berpikir keras untuk memberikan mahar untuknya. Jangan- jangan dia
adalah wanita cantik jelita, berdarah
biru, kaya raya dari golongan bangsawan nun jauh dari negri sebrang. Makanya Salman
yang hanya seorang petani sampai kewalahan dalam mencarikan mahar. Imajinasi saya mulai melayang kemana-mana. Mengingat sampul belakang ada tulisan ‘kisah cinta seorang sarjana yang memilih hidup sebagai petani’. “Hmmmm
bisa jadi, ini masuk akal”. Saya mulai menghubung-hubungkan.
Satu-satunya
obat untuk menjawab rasa penasaran saya tersebut adalah langsung berpindah ke halaman berikutnya. Ternyata cerita di lembar berikutnya flash back ke tahun lalu. Dikisahkan bahwa tokoh Salman yang di hadirkan oleh pengarang
tengah menepi dari urusan skripsi yang tak kunjung jua selesai. Sementara itu
teman-temannya yang satu angkatan sudah mendapat gelar sarjana. Pertanyaan-pertanyaan
tentang kapan merupakan momok yang sangat menakutkan dan dia hindari termasuk dengan ibu kandungnya
sendiri.
Salman
merupakan mahasiswa Universitas
Indonesia jurusan Biologi semester atas yang menaruh hati pada pandangan pertama
pada sahabat kecilnya yang sudah
terpisah belasan tahun. Maharani namanya, sosok perempuan yang anggun,
sholehah, pintar dan bisa masak. Keseriusannya tersebut
dibuktikan dengan bertekad untuk menikahi Maharani. Pak Umar meragukan
keseriusan Salman yang belum selesai dengan urusan kuliahnya dan juga belum mendapatkan pekerjaan tetap. Sementara itu beliau mengharapkan jodoh untuk Maharani
adalah sosok laki-laki yang bertanggung jawab, bertitel, dan mapan dari segi
finansial. Namun sayang itu semua belum ada pada diri Salman.
Sementara itu Dimas yang sering antar jemput Maharani
setiap mengajar di mushola telah duluan
mengenal Maharani dari keterpisahan tiga orang sahabat tersebut. Dimas memang
menang, disaat Salman tidak punya apa-apa yang bisa di banggakan dia hadir
menjadi saingan berat dalam merebut hati Maharani. Namun Salman tidak rela jika
sahabat kecilnya, dimiliki oleh Dimas. Sejak SMP sampai kuliah di ITB, Dimas memang
dikenal sebagai play boy yang sering gonta ganti pacar. Bahkan kenakalan untuk
urusan perempuan memang dialah ahlinya.
Begitu
pula dengan Maharani yang diam-diam ternyata mengagumi Salman. Maharani menaruh
harapan besar pada Salman untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsinya dan
mendapatkan pekerjaan yang layak supaya bisa menikahinya. Dengan kata sepakat pak Umar dan bu Tuti memberikan kesempatan satu tahun kepada Salman
untuk membuktikan keiinginan Salman
melamar putri tunggal mereka.
Beberapa
hari kemudian Salman memutuskan untuk pindah ke Pondok Qur’an. Keputusannya untuk hijrah adalah karena perasaan jatuh cintanya
pada Maharani. Salman ingin memantapkan ilmu agama supaya bisa mengimbangi
Maharani yang merupakan perempun sholehah, lulusan Mesir. Di awal melewati
itu semua memang berat dia rasa. Tapi semangat
juang mendapatkan Maharanilahlah yang membuat dia mampu bertahan dan kuat.
Bulan
kedua tahun 2015, Salman resmi mendapat gelar sarjana. Namun itu bukanlah puncak dari
perjuangannya. Sekarang dia malah
dipusingkan oleh soal pekerjaan. Sudah berbagai surat lamaran kerja dia antar tapi
belum juga ada panggilan wawancara, ingin buka usaha juga belum terfikir olehnya
sementara dia dikejar waktu dan didesak kepastian oleh Maharani.
Pada
akhir kebuntuan masalahnya, datang Ajran sebagai malaikat penolong yang merupakan
temannya saat SMA. Dia menyarankan supaya Salman jadi seorang petani.
Diawal kisah juga di ceritakan sosok Ajran Kabiran yang merupakan seorang anak
petani. Kemauannya sangat keras dalam menggapai cita-cita yang ingin menjadi seorang petani sukses dan
mensejahterakan petani-petani Indonesia, itulah harapan orang tuanya.
Kesungguhan tersebut dibuktikan dengan sikap pantang putus asa dalam
pencarian Dr. Koswara, sebagaimana pesan
dari orang tuanya. Akhir dari pencarian itu berbuah manis yang mengantarkannya sukses di bidang karier dan
mempunyai pekerjaan yang mapan tapi dingin kalau soal asmara.
Perjumpaan
Ajran dengan Salman menjadi penghubung dengan keluarga Maharani. Kehadiran Ajran ketika bertamu ke rumah pak Umar menjadi klimaks dari kegelisahan
Maharani untuk mendapatkan kepastian dari Salman. Namun pada ending cerita ini
Ajran Kabiranlah yang resmi melamar Maharani. Bukan Dimas seperti yang
dipikirkan oleh Salman.
#
# #
Kelebihan
Novel
ini merupakan novel dengan tema percintaan yang dibalut dengan konsep Islami. Gaya
bahasa ringan dan pemilihan diksi yang mudah dipahami oleh pembaca. Cocok dibaca
oleh semua kalangan terutama mahasiswa semester atas yang tingkat stresnya
diambang batas. Ketika keadaan tidak berpihak kepada kita, sepenuhnya kita
serahkan kepada Allah sang pengatur. Do’a, usaha, istiqomah dan tawakkallah
yang bisa kita lakukan selaku hambaNya. Selain itu novel ini juga mengajarkan arti kesederhanaan pada pembaca.
Kekurangan
Menurut saya, dibagian akhir pengarang kurang hati-hati dalam memperhitungkan waktu ketika Salman dan Mang Atang memanen sayur kangkung. Kalau di fikir-fikir kurang logis mulai dari proses mencabut, mengikat, sampai packing hanya membutuhkan waktu lebih kurang 2,5 jam dilakukan hanya berdua. Apalagi ketika panen perdana 30.000 ikat kangkung. Tentu membutuhkan waktu yang lebih lama.
Tokoh
yang saya suka dari novel Mahar Untuk Maharani adalah Salman dan Ajran.
1. Salman
Salman
merupakan sosok mahasiswa yang aktif di organisasi, sayang pada ibunya dan hidup dalam kesederhanaan. Maharani
adalah sosok wanita cantik, cerdas,
sholehah dan berbudi pekerti yang baik yang menjadi alasan untuk Salman mau berubah.
Karena jatuh cinta kepada Maharani yang membuat dia untuk hijrah dan
mendalami ilmu agama di Pondok Qur’an.
Selain
itu keputusannya untuk menjadi seorang petani juga merupakan keputusan yang
patut diacungi jempol. Tak selamanya gelar sarjana memiliki kepastian hidup
yang mapan di masa depan. Karna memang hidup ini keras, jika tak mampu bersaing
maka akan jauh tertinggal dengan yang lebih berkompeten. Salman bisa menurunkan egonya untuk
jadi seorang petani. Meskipun tidak sesuai dengan bidang keahliannya.
2.
Ajran
Ajran
adalah sosok pemuda sederhana yang pantang putus asa, ambisius dan pekerja keras.
Dia juga pemuda yang patuh pada orang tua. Terbukti dengan pencahariannya yang
cukup lama hanya untuk bertemu dengan Dr. Koswara. Selain itu dia juga cepat lulus kuliah. Pada akhirnya dia mampu mematahkan stigma orang bahwa menjadi seorang petani adalah pekerjaan rendahan yang hanya berkutat dengan cangkul. Tapi dia juga mengkombinasikan dengan teknolgi yang canggih untuk mesejahterakan petani-petani Indonesia setelah bertemu Dr.
Koswara. Bukan hanya sukses di bidang karier, untuk urusan asmara pun dia cukup
beruntung karna kesabarannya. Bak bunyi pepatah, menyelam sambil minum air.
Sambil bekerja dia bersilaturahmi ke rumah kliennya, dan membuat hatinya tercantol dengan Maharani. Yang pada akhirnya Ajran datang melamar Maharani.
Mudah-mudahan
kelanjutan novel Mahar Untuk Maharani, berakhir dengan happy ending. Berharap Salman yang memberikan mahar untuk Maharani bukan Ajran. Saya cukup frustasi dengan endingnya yang tidak happy. Sedikit membuat sesak di dada, tapi itulah kenyataan yang harus saya terima. Bagaimanapun caranya pengarang harus menyatukan mereka berdua, itu adalah PR untuk kak Azhar. Salman masih punya kesempatan, selama janur kuning belum melengkung masih halal untuk di tikung.
Pertengahan
Januari 2018, saya memutuskan untuk memesan semua karya beliau (kecuali CAP). Cukup menguras
kantong memang, tapi alhamdulillah keluarga mendukung keinginan saya dan ada suntikan dana juga dari orang tua. Sehingga semua koleksi novel karya kak
Azhar sudah betengger manis di rak buku saya.
InshaAllah semua goresan tinta dalam novelnya bermanfaat bagi saya.
Komentar
Posting Komentar